Monday, August 15, 2016

4. Jurang Bibirmu

Aku berharap menemukanmu kembali pada baris-baris puisi ini; betapa tak pernah kurang aku meminta pada Tuhan agar supaya jiwa ini diteguhkan. sebab masih seutuhnya aku meyakini, kau sebagai sebuah garis kepastian.

Barangkali aku terlalu dalam mencintai. Sampai-sampai aku menghamba di hela nafas yang tak kau hiraukan, pada gaun kotor yang menumpuk, pada helai rambutmu yang gugur, serta pada segala hal yang terlanjur.

Sebab aku terlanjur telah berada di ujung jurang bibirmu. Pilihan hanya menyisakan; siksa, bahagia atau selamanya binasa.

*2016

No comments:

Post a Comment

jawaban dari banyak 'mengapa?'

Puisi ini tidak lain adalah cara ingatan mengabadikanmu dengan sederhana; yang tanpa suara, dengan beberapa jeda tanda baca, juga tanpa ki...