Sebab di kepala ini pernah sepenuhnya mengingatmu, kekasih;
Membaca lebih dari apa yang mampu dieja mata dan telinga.
Memberi begitu penuhnya, lebih dari segala yang pernah dipunya.
Rindu terlalu hiperbolis,
meledakkan yang mestinya datar-datar saja; setidaknya itu menurutmu.
Sementara aku, terlanjur bahagia (sendiri) dan asyik pecah berkeping-keping.
Benar saja, hidup memang pilihan; antara upaya bertahan untuk dicintai atau lebih dulu dilupakan.
*23-03-2017
No comments:
Post a Comment